Menangkal “Akhlakless” Netizen Indonesia

Hujatan “Perebut Laki-laki Orang” kepada Han so Hee (Artis Korea Selatan) dalam drama terbaru The World of The Married.

Berperan sebagai tokoh antagonis dalam suatu film mengharuskan seseorang untuk memiliki sifat yang menjengkelkan agar dapat menciptakan konflik perseteruan yang seru bagi penonton. Akan tetapi bukannya mendapatkan pujian atas aktingnya yang sangat menjiwai, Han So Hee justru mendapatkan hujatan “Pelakor” dan kata-kata kasar lainnya.

Dari uraian di atas dapat terlihat bahwasannya, Netizen indonesia masih sangat mudah terpancing provokasi untuk bersatu dalam hal menyerang dan memojokkan suatu pihak. Masih banyak fakta-fakta lainnya yang mengiris hati, misalnya Patrich Wanggai, seorang pesepakbola yang mendapatkan ucapan-ucapan rasisme seusai mencetak gol ke gawang Persija Jakarta pada Selasa (23/3) kemarin. Lalu ada kasus Goddamn Chess vs Pak Dadang di Chess.com yang masing-masing pihak mendapatkan serangan virtual yang tidak beralasan.

Menurut Ismail Fahmi, founder Drone Emprit and Media Kernels Indonesia dan sekaligus pakar media sosial, penyebab mudahnya perilaku netizen indonesia untuk melakukan perilaku negatif di dunia maya adalah di media sosial seseorang lebih mudah untuk memunculkan reaksi atas rasa ketidaksetujuan atau ketidaksukaan atas sesuatu hal, netizen juga lebih bebas menyampaikan perasaan yang mungkin saja tidak bisa tersampaikan ketika bertatap muka secara langsung. Walau begitu, sebenarnya Netizen telah memiliki kesadaran bahwa dibalik ponsel dan akun masih terdapat pertanggungjawaban Natuurlijke Person (manusia alamiah) yang akan dijerat pasal-pasal Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).