Oleh: Rafaella Winarta
(Internship Advokat Konstitusi)
Pagelaran formula E jakarta baru saja usai di tanggal 4 juni 2022. Tidak kurang dari ratusan media nasional maupun internasional meliput perhelatan akbar ini. Sebagai bagian dari musim ke-delapan, Jakarta menjadi tuan rumah pagelaran Formula E Jakarta E-Prix 2022. Selama penyelenggaraan Jakarta E-prix 2022, dalam mengembangkan standar sustainability, partisipasi masyarakat umum mungkin belum begitu terasa namun pihak Jakpro mendorong masyarakat untuk ikut andil dalam mengedukasi penggemar Formula E akan pentingnya energi terbarukan dan aspek sustainability lainnya melalui program volunteer atau relawan. Disaat pihak Formula E dan Jakpro sibuk mengatur dan memastikan pertandingan berjalan lancar, para relawan ditugaskan untuk membantu dan berinteraksi secara langsung dengan penonton.
Pihak Jakarta melalui Jakpro menjaring 150 relawan dari ribuan pendaftar dalam proses seleksi yang berlangsung sejak awal Mei 2022. Sebagai salah satu relawan survey staff, saya bertugas untuk mengumpulkan masukan serta tanggapan penonton terhadap beberapa aspek acara seperti sarana, fasilitas, dan konsep acara. Selama bertugas saya menemukan bahwa edukasi energi terbarukan dan sustainability merupakan hal yang penting melihat begitu banyaknya masyarakat yang masih tidak mengetahui penggunaan energi terbarukan di Formula E. Tidak hanya pentingnya energi terbarukan, sebagai relawan kami juga membantu dan mengedukasi penonton tentang hal terkecil yang dapat berdampak pada iklim seperti pengelolaan sampah dengan membuang sampah sesuai kategori.
Saya memandang pagelaran ini sebagai awal yang baik dalam usaha pencegahan perubahan iklim, mengingat prinsip sustainability yang dipegang teguh oleh ABB FIA Formula E. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan PT Jakarta Propertindo (Jakpro) sendiri sudah menobatkan Jakarta E-Prix 2022 sebagai green sportainment. Salah satu langkah yang diambil adalah penggunaan bahan bakar hijau yang diperkenalkan Pertamina sebagai bagian dari dukungan terhadap Jakarta E-prix 2022 dengan menghadirkan Pertamina Renewable Diesel atau Pertamina RD).
Dalam ajang kali ini, Pertamina RD dimanfaatkan untuk bahan bakar generator set yang digunakan sebagai pengisi daya kendaraan listrik Formula E. Sebelumnya sempat timbul kekhawatiran bahwa bahan bakar penunjang pasokan listrik yang digunakan tidak ramah lingkungan. Dengan penggunaan Pertamina RD tersebut, Direktur Utama PT KPI mengatakan bahwa Pertamina RD memiliki komitmen untuk mengedepankan penggunaan green diesel kedepannya seiring dengan berkembangnya produksi kendaraan listrik.
Kata sustainable tidak akan pernah lepas dari penanganan perubahan iklim yang merupakan salah satu dari ketujuh belas tujuan dalam United Nation Sustainable Development Goals 2030 atau SDGs. SDGs merupakan rangkaian rencana yang disepakati dan diadopsi negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan pada tahun 2030. Selain negara, sustainability atau langkah keberlanjutan juga diadopsi oleh berbagai lembaga, organisasi, maupun perusahaan.
Salah satunya adalah ajang ABB FIA Formula E World Championship atau dikenal sebagai Formula E yang diselenggarakan di bawah naungan Fédération Internationale de l’Automobile (FIA) dan ASEA Brown Boveri (ABB). Sejak awal pendiriannya pada tahun 2011, Formula E mengedepankan pengembangan popularitas mobil listrik untuk mengurangi emisi karbon. Beberapa langkah diambil oleh pihak Formula E seperti penggunaan bahan bakar yang ramah lingkungan, pengelolaan limbah, hingga sistem daur ulang sampah.
Selain sustainability dalam komponen mobil yang digunakan dalam ajang Formula E, tidak bisa dipungkiri bahwa salah satu faktor yang berdampak terhadap lingkungan dan perubahan iklim adalah produksi sampah. Oleh karena itu, dengan proyeksi angka penonton yang mencapai 20 ribu, Formula E bekerjasama dengan Waste4Change untuk menangani pengelolaan sampah di lokasi Jakarta International E-prix Circuit Ancol dan pendaur ulangan sampah yang diproduksi. Kerjasama tersebut ditekankan untuk membangun kesadaran masyarakat akan pengelolaan dan pendaur ulangan sampah dengan menyediakan tempat sampah di beberapa titik lokasi yang terpisah sesuai dengan material sampah untuk memudahkan pendauran ulang.
Mengingat cuaca Jakarta yang cukup terik pada bulan Juni, pihak Formula E mengantisipasi produksi sampah dari konsumsi air para pemegang tiket terutama sampah plastik dari botol air mineral. Mencegah timbunan sampah plastik sekali pakai tersebut, Formula E mendirikan hydration station guna menyediakan air minum untuk para penonton dengan menggunakan gelas berbahan material yang dapat dikompos seluruhnya.
Dengan langkah-langkah yang diambil tersebut, ABB FIA Formula E berharap dapat mencapai target 0% emisi karbon dengan penggunaan 100% energi terbarukan dan 52% pendaur ulangan sampah yang diproduksi dalam satu hari pertandingan.
Langkah-langkah berkelanjutan yang diterapkan dalam ajang Jakarta E-prix 2022 dapat menjadi salah satu aksi nyata dalam penerapan tujuan RUU Energi Baru dan Terbarukan (EBET) yaitu menjamin efektifitas pelaksanaan dan pengendalian kegiatan usaha dan pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan secara berdaya guna, berhasil guna, serta berdaya saing tinggi melalui mekanisme yang terbuka dan transparan. Dalam pelaksanaannya, transparansi efektivitas penerapan EBET dalam kegiatan usaha Formula E dapat dilihat dalam annual sustainability report yang diunggah untuk publik dalam laman resminya.
Dengan terlaksananya Jakarta E-prix berserta kerjasamanya dengan beberapa perusahaan, beberapa aspek dalam RUU EBET sudah terwujud. Salah satunya, dalam Pasal 19 RUU EBET, penyediaan Energi Baru dilakukan melalui beberapa badan usaha termasuk badan usaha milik negeri. Dalam ajang Formula E kali ini energi baru tersebut diproduksi oleh Pertamina untuk mendukung kebutuhan bahan bakar selama pertandingan berlangsung.
Disamping peran pemerintah maupun badan usaha milik negara, RUU EBET juga menyinggung partisipasi masyarakat salah satunya kesempatan kerja bagi masyarakat dari kegiatan penyelenggaraan EBET.
Melihat prospek energi terbarukan di Indonesia mungkin produksi bukan hanya aspek yang harus dipertimbangkan melainkan aksesibilitas. Saat ini kita melihat adanya mobil listrik seperti Tesla atau penyediaan panel surya sebagai pembangkit listrik namun tidak dapat dipungkiri bahwa tidak semua masyarakat mampu memanfaatkan hal tersebut sebab harganya yang cukup tinggi. Atas hal ini, disamping Kerjasama produksi, pemerintah harus mempertimbangkan aspek ekonomi dalam Kerjasama tersebut baik dengan pihak asing maupun lokal. ()